26 Juli 2011

Idol, The Journey (Part 10)


Tiba di lobby hotel, panitia langsung membagi-bagi kamar buat kami. Tentu saja kamar peserta yang masih bertahan dipisahkan dengan peserta yang sudah gugur. Saat itu aku satu kamar dengan seorang peserta asal Jakarta bernama Eggy. Sementara aku, Ovan dan Ibnu memutuskan untuk beristirahat sesampainya di hotel, teman-teman yang lain banyak yang mengambil langkah untuk berlatih malam, atau lebih pantas aku sebut subuh itu juga. Otak ini pun berhasrat untuk berlatih juga sebenarnya, namun apa daya..badan tak bisa diajak bekerjasama. Sampai kamar masih harus mandi untuk menghilangkan penat setelah seharian mengikuti audisi, pun mempersiapkan pakaian untuk audisi pagi nanti. Pukul 3 mata terpejam. Rasa-rasanya baru sesaat badan ini rebah di tempat tidur..alarm sudah berbunyi. Memaksa aku untuk bangkit. Sejenak aku terdiam sambil terduduk di pinggir tempat tidur. Mengumpulkan nyawa..mengumpulkan semangat..mengumpulkan segenap energi untuk audisi hari ini. “Bakal kembali menjadi hari yang melelahkan!!”, pikirku.

Pukul 7 aku dan Eggy turun untuk sarapan. Di tempat sarapan kami berpisah untuk sarapan bersama grup kami masing-masing. Sambil sarapan satu meja bersama Ovan dan Ibnu, kami berbincang-bincang mengenai apa yang akan kami suguhkan untuk audisi hari itu. Arransemen vocal dan gaya bernyanyi macam apa yang akan kami persembahkan di depan dewan juri untuk lagu “Kala Cinta Menggoda”. Aku beruntung karena ternyata Ovan dan Ibnu adalah tipe orang yang enak diajak bekerjasama. Tak ada masalah sama sekali mengenai pembagian suara, koreografi, dll. Sementara pada beberapa grup, aku menyaksikan ‘drama’ tersaji disana. Kebanyakan sih peserta yang egois dengan kemauannya, memaksakan kehendaknya sendiri pada grupnya . Yang kasihan adalah peserta yang ‘kehilangan’ suaranya, mungkin karena kelelahan, sehingga hanya bisa menangis karena dihantui perasaan bersalah tidak akan bisa membantu grupnya dengan maksimal, atau pikiran bahwa kondisinya saat itu tidak akan bisa membawa dia untuk lolos ke tahap berikutnya. Entahlah. Aku juga tak mau terlalu ambil pusing dengan pemandangan yang aku lihat. Bukannya aku egois, namun saat itu grupku yang paling penting yang harus aku perhatikan. Lagipula aku tak terlalu kenal dengan peserta yang lain. Nanti dikira sok akrab dan ikut campur lagi.

Kurang lebih pukul 9 kami diberangkatkan menuju tempat audisi di Teater Kautaman. Tak sampai satu jam kemudian kami tiba. Kami harus registrasi ulang kembali. Panitia mem-briefing kami kembali di holding room mengenai apa yang akan kami lakukan hari itu. Setelah panitia selesai menjelaskan, kami langsung digiring masuk ke dalam Teater Kautaman untuk berlatih bersama pianist bernama mbak Astrid Lea. Seru rasanya!! Pertama para wanita naik ke atas panggung, dengan grupnya masing-masing. Musik mengalun memainkan lagu “Warna” yang dipopulerkan oleh Sheila Majid. semua grup bernyanyi bersamaan dengan arransemen vocal dan ciri khas mereka masing-masing. Menakjubkan!! Belum pernah aku mendengar dan menyaksikan segerombolan orang bersuara emas bernyanyi seindah ini secara bersamaan. Terdengar berlebihan?? Tak apalah. Setelah para wanita selesai berlatih, tiba giliran kami para pria untuk berlatih bersama pianist. Yang kami lakukan kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan oleh wanita tadi. Mungkin para wanita juga terkagum-kagum mendengar koor suara kami seperti yang tadi aku rasakan waktu mendengar mereka bernyanyi. Ah, aku GR sekali..

Latihan selesai. Kami kembali ke holding room untuk istirahat makan siang. Katanya audisi baru akan dimulai sekitar jam 2-3 sore, hingga setelah beres makan siang kami masih punya cukup waktu untuk kembali berlatih, atau untuk sekadar mengingat lirik ataupun koreografi.

Waktu berjalan. Saatnya audisi. Para wanita yang akan audisi duluan. Kami, para peserta pria menjadi penonton sekaligus penyemangat mereka. Satu persatu grup bermunculan menampilkan suguhan terbaik mereka yang langsung disusul komentar dari para dewan juri tentang penampilan mereka. Komentar positif, komentar usil, dan aneka komentar lainnya bermunculan. Senyum puas, kecewa, sedih, bahkan ekspresi datar pun hadir dari para peserta wanita meresponi komentar dewan juri. Akhirnya selesai audisi grup wanita. Audisi rehat sejenak. Audisi grup peserta pria pun tiba. Giliran para peserta wanita yang menjadi penonton dan menyemangati kami.

Audisi dimulai. Tiba giliran grupku tampil. Gemetar, senang, deg-degan, excited..semuanya campur jadi satu. Meskipun tampil secara grup, namun penilaian tetap perorangan. Apakah secara individu mampu bernyanyi dengan baik, dan apakah sebagai individu juga mampu bekerja sama dengan orang lain dalam grup?? Terlihat mudah namun ternyata tidak. Gampang-gampang susah, susah-susah gampang. Satu hal yang aku tekankan dalam hati.. jangan sampai aku membuat kesalahan yang bisa merugikan diriku sendiri yang tentunya juga berdampak pada grupku. God..please sing with me..

Sejak jumpa kita pertama
Kulangsung jatuh cinta
walau kutahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini

Maka ijinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkah ku sekedar sayang padamu..

Memang serba salah rasanya

Tertusuk panah cinta

Apalagi juga ada pemiliknya

Tapi ku tak mampu membohongi hati nurani
Ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini


Maka maafkan jika ku mencintaimu

Atau biarkan ku mengharap kau sayang padaku..

Puji Tuhan, dewan juri memberikan komentar positif akan penampilan kami!! Kami bertiga bisa bernafas lega ketika turun dari panggung audisi. Kami bertiga sadar betul, komentar bagus dari dewan juri tidak berarti meloloskan kami bertiga ke tahap berikutnya. Bisa jadi kami bertiga tidak lolos, atau hanya satu atau dua dari kami yang lolos. Entahlah. Segala kemungkinan bisa terjadi. Namun apapun keputusannya nanti, satu hal..kami tidak akan menyesal, karena kami telah mempersembahkan penampilan terbaik kami.

Audisi grup pria berakhir menjelang waktunya makan malam. Sambil menunggu pengumuman, kami mengisi waktu dengan mengobrol, bercanda, dan banyak pula yang tidur. Capek tauk!! Hehehe. Jam 8 malam..jam 9..jam 10..pengumuman tak kunjung tiba. Kata panitia, dewan juri terlibat diskusi yang sangat alot sehingga butuh banyak waktu untuk menentukan 42 peserta yang berhak melaju ke audisi terakhir keesokan harinya dari 70 peserta di audisi hari kedua ini. Menjelang tengah malam panggilan itu tiba. Saatnya pengumuman. Campur aduk rasanya. Deg-degan, pengen pipis dan masuk angin berkolaborasi dengan sangat sukses di badan ini. Satu persatu grup dipanggil untuk masuk ke dalam Teater Kautaman. Setelah diumumkan, peserta yang lolos akan kembali ke holding room, berkumpul bersama kami peserta lain yang belum mengetahui nasib kami. Sementara peserta yang tidak lolos dipisahkan, menunggu di ruangan lain. Peserta wanita yang terlebih dulu menerima pengumuman. Ketika peserta yang lolos datang memasuki holding room tempat kami menunggu, tentu saja kami ikut senang dengan kelolosan mereka. Namun disaat bersamaan beban dihati tak kalah beratnya. Apakah aku nanti akan menjadi peserta yang kembali ke ruangan ini atau aku akan berkumpul bersama peserta di ruangan lain??

Tiba juga moment of truth. Aku diapit Ovan dan Ibnu berdiri di panggung itu. Berhadapan dengan dewan juri di seberang sana. Menanti nasib kami masing-masing. Aku masih ingat benar kejadian saat itu..

“Ovan dan Ronald maju ke depan”, salah satu juri berujar.

Entah sengaja atau tidak, namun dewan juri rasanya lama sekali membacakan pengumuman buat grupku saat itu. Atau mungkin hanya perasaanku saja. Seperti kita tahu bila menunggu, waktu yang sebentar juga terasa lama jadinya. Meskipun aku dan Ovan berdiri di depan dan Ibnu di belakang, belum tentu aku dan Ovan yang lolos. Bisa jadi malah Ibnu yang lolos. Atau ternyata kami bertiga lolos, pemisahan siapa berdiri di depan dan belakang bias jadi hanya trik dewan juri untuk membuat kami tegang. Semua kemungkinan bisa terjadi.

“Dan….Ovan,Ronald selamat kalian lolos ke babak berikutnya. Buat Ibnu, maaf perjalanan kamu selesai sampai disini.”, retas dewan juri memecah ketegangan kami.

Puji Tuhan aku lolos!! Tapi aku tak mau berekspresi berlebihan, aku hanya tersenyum dan menyalami Ovan. Aku harus menjaga perasaan Ibnu. Lalu kami bertiga saling berpelukan. Pelukan tanda selamat. Pelukan untuk menguatkan Ibnu. Pelukan perpisahan.

Aku dan Ovan kembali ke holding room. Diselamati peserta yang sudah lolos dan peserta yang belum menerima pengumuman. Sampai akhirnya yang tersisa di ruangan itu adalah 42 orang yang berhak melaju ke babak audisi terakhir keesokan harinya. Baru senang sebentar, panitia sudah hadir kembali memberikan pengumuman mengenai persiapan untuk audisi besok. Kami akan tampil solo menggunakan minus one. Panitia memberikan beberapa lagu pilihan untuk pria dan wanita. Kami masing-masing diberi materi lagu-lagu pilihan itu dan walkman, disuruh langsung mendengarkan dan dalam waktu setengah jam harus sudah memutuskan dan memberi tahu panitia lagu apa yang kami pilih. Untuk pilihan lagu pria ada lagu “You Can’t Hurry Love” - Phil Collins, “Hanya Memuji” – Shanti feat. Marcell dan “Arti Cinta” – Ari Lasso. Saat itu aku dengan mantap memilih “Hanya Memuji”. Aku rasa itu yang paling cocok dengan karakter suaraku dan aku sudah tidak asing dengan lagu itu. Semua peserta memberikan lagu pilihan mereka kepada panitia. Saatnya pulang. Seperti biasa..tiba di hotel jam 2 dini hari lagi. Sekamar dengan peserta asal Surabaya bernama Eddo. Lelah. Esok seperti apa ya?? Ahh..biarkan itu menjadi rahasia Sang Penguasa. Aku cuma ingin tidur malam ini..