14 Oktober 2008

idol, the journey (part 4)

Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa. Malam hari aku mendapat kabar dari beberapa temanku yang ternyata pada hari itu lolos audisi menuju tahapan Judging Room. Ada rasa sombong yang diam-diam menyelinap dalam batinku, kataku dalam hati, “Suara mereka tak lebih bagus dari aku. Mereka saja bisa lolos, masa aku tidak bisa?”. Kata hatiku itu mulai membangkitkan semangatku kembali. Aku memang sudah mendaftarkan diriku lagi buat audisi hari terakhir keesokan harinya, tapi itupun aku lakukan hanya sekadar iseng untuk menemani Sarah saja, maksudku menemani Sarah mendaftarkan diri lagi, tidak ada maksudku untuk “segitu niatnya” mencoba untuk kembali diaudisi. Malam itu puing-puing semangatku yang hari sebelumnya telah runtuh serta merta tegak kembali. Aku putuskan, Ya!! Aku akan mencoba lagi peruntunganku di audisi besok. Aku mengirimkan SMS pada Sarah, aku bilang kalau besok aku jadi mengikuti audisi lagi, karena sebelumnya aku bilang padanya kalau aku malas untuk audisi kembali. Sarah mengajakku untuk audisi di pagi hari untuk keesokan harinya, namun aku menolak, aku tak bisa, aku harus bekerja besok paginya sampai pukul setengah tiga sore. Maafkan aku Sarah..

Hari kamis pagi aku bekerja kembali. Saat itu aku kebagian bekerja di bagian Unit Gawat Darurat. Baju untuk audisi, sepatu dan semua “perlengkapan perang” telah aku bawa dalam postman bagku. Aku bekerja mulai pukul 7 Pagi, aku berganti shift pukul 1 siang dengan teman kerjaku, namun aku baru boleh pulang pukul setengah 3 sore. Hari itu aku memang sudah mempunyai rencana “nakal”,hehehe, untungnya teman kerjaku bisa diajak bekerjasama. Setelah berganti shift pukul 1 siang, aku langsung berganti pakaian untuk pergi audisi. Aku menitipkan pesan kepada temanku, seandainya Boss kami menanyakan keberadaanku, katakan saja tidak tahu. Aku memang nakal saat itu,hehehe, tapi bagaimana lagi, aku harus memburu waktu, audisi hari terakhir hanya dibatasi sampai pukul 3 sore saja. Beruntung hari itu aku bekerja di bagian administrasi UGD, yang memungkinkan aku untuk “kabur” tanpa harus melewati ruangan-ruangan bagian keuangan dimana teman-temanku bekerja dan berkumpul.

Perjalanan dari Rumah Sakit ke tempat audisi di Sasana Budaya Ganesha (SABUGA) memakan waktu kurang lebih 45 menit. Saat itu cuaca sangat mendung, tampaknya akan turun hujan. Betul saja, ditengah perjalanan hujanpun turun. Waduh!! Bagaimana ini, mana bisa aku audisi kalau aku kehujanan dan bajuku basah?? Apakah ini pertanda buruk?? Apakah Tuhan tidak mengizinkan aku untuk mengikuti audisi hari ini?? Aku cuma bisa pasrah. Aku biarkan saja diriku terus melaju dalam angkutan kota yang saat itu mengantarkan aku. 5 menit sebelum aku tiba di SABUGA, hujan berhenti, tinggal gerimis kecil yang tersisa. Thx God!! Apakah ini pertanda?? Entahlah, aku tak berani untuk menebaknya.

Turun dari angkutan kota, aku masih harus berjalan kaki ke lokasi audisi sekitar 5 menit. Gerimis masih turun, aku berjalan kaki sambil menutupi kepalaku dengan tas hitam kesayanganku itu. Akhirnya akupun tiba di gedung tempat audisi, saat itu sudah tidak terlihat lagi adanya antrean, hanya 2 orang panitia yang duduk di meja registrasi. “Wah,jangan-jangan audisi telah selesai!”, pikirku. Aku percepat langkahku menuju meja registrasi, namun langkahku terhenti oleh seseorang yang memanggilku.

“Ronald!!”, teriak orang itu. Aku menoleh. Rupanya Sarah, dia sedang duduk bersama kenalannya yang bekerja di RCTI kemarin.
“Hai Sarah, gimana audisinya. Lolos??”, tanyaku.
“Nggak, tapi gw jadi cadangan seandainya ada peserta yang didiskualifikasi dari babak Judging Room”, balas Sarah.
“Oh gitu, ya udah, gw masuk ke dalem dulu ya, udah sepi kelihatannya, takut keburu ditutup audisinya”, rentetku.
“Ok deh Nald, Good Luck ya..”, harap Sarah.
“Sip, thanks ya Sar!!”, jawabku sambil berjalan menuju meja registrasi.
Aku pun berjalan sambil setengah berlari.
“Audisinya belum ditutup kan Mbak?”,tanyaku
“Belum, sebentar lagi.”, jawab Mbak itu.

Setelah melakukan pendaftaran ulang, akupun di pasangi stiker yang ditempelkan didadaku bertuliskan nomor 1283, nomor perserta audisiku saat itu. Aku pun memasuki ruang tunggu SABUGA yang cukup besar. Saat itu paling tersisa 100 orang peserta yang akan diaudisi. Seperti biasa, panitia membagi-bagi kami menjadi kelompok yang terdiri dari 5 orang perkelompok. Aku duduk berjejer bersama peserta lain dalam kelompokku. Mengikuti alur yang ditentukan oleh panitia. Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sebentar lagi giliran kelompokku yang harus memasuki ruang audisi.

Alurnya seperti ini : Tiap peserta masuk satu persatu ke dalam ruang audisi, bila seorang peserta telah selesai diaudisi di dalam, kemudian dia harus menunggu di luar sampai semua peserta lain di kelompoknya selesai diaudisi. Bila telah selesai diaudisi maka kami berlima bersama-sama menuju ruang pengumuman untuk mengetahui siapakah yang berhak melanjutkan ke babak Judging Room. Dari 5 orang peserta kelompokku, aku adalah peserta keempat.

Peserta pertama masuk, audisi, keluar.
Peserta kedua masuk, audisi, keluar.
Peserta ketiga masuk, audisi, keluar.
Sebagai peserta keempat akupun masuk..
“Langsung aja ya nyanyi, langsung bagian Reffnya”, ucap salah seorang juri berambut gondrong.
“Lagu cepet atau lambat??”, tanyaku.
“Bebas”, jawab juri lain yang berperawakan tambun.
Akupun langsung bernyanyi, kunyanyikan lagu “Exhale”nya Babyface yang telah aku nyanyikan di hari pertama audisi. Entah mengapa aku kembali membawakan lagu itu, padahal aku telah gagal di hari pertama ketika menyanyikan lagu itu.

Akupun bernyanyi..

Everyone falls, in love sometimes
Sometimes it's wrong, and sometimes it's right
For every win, someone must fail
But there comes a point when...
When we exhale, yeah yeah

Say, shoop, shoop, shoop...
All you gotta do is say shoop, shoop, shoop...
My Lord now, shoop, shoop...

Sometimes you laugh, sometimes you cry
Life never tells us, the whens and whys
When you've got friends, to wish you well
You'll find a point when, you will exhale

Yeah, yeah
Say, shoop, shoop, shoop..
Say shoobedoo...

Juri memintaku menyanyikan bagian Reff, tapi aku menyanyikan dari awal lagu. Mereka tidak ada yang protes. “Berarti mereka tidak ada yang tahu lagu ini”, pikirku,hehehe. Selesai. Akupun disuruh keluar.
Peserta kelima masuk, namun kemudian dia langsung keluar lagi dalam hitungan detik. “Cepat banget dia audisi?”,batinku.
Namun kemudian terdengar teriakan perintah dari dalam, “Peserta keempat, nomor 1283, suruh masuk lagi”, suara dari dalam.
“Itu aku!!, ada apa gerangan?”, pikirku tak karuan. Akupun masuk kembali ke dalam ruangan audisi.

“Coba bawain lagunya Glenn Fredly, bebas yang mana aja!!”, suruh si juri gondrong tadi.
Akupun menyanyikan “Sekali Ini Saja”..

Tuhan bila masih kuberi kesempatan,
Izinkan aku ntuk mencintainya.. Bla..bla..bla..

Ya..yang aku butuhkan hanya kesempatan. Mudah-mudahan Tuhan memberikannya kepadaku. Selesai. Akupun kembali disuruh keluar.
Giliran peserta kelima masuk, audisi, keluar.

Setelah itu kami berlimapun berjalan bersama dengan dibimbing oleh seorang panitia menuju ruang pengumuman. Kami pun duduk, 5 menit menunggu serasa 1 jam. Mungkin karena rasa tegang yang menguasai hatiku saat itu. Seorang panitia, wanita, memasuki ruangan pengumuman sambil membawa secarik kertas. Tebakanku kertas itu bertuliskan nomor-nomor peserta yang lolos ke babak berikutnya. Dia pun berbicara..

“Kami dari segenap Crew Indonesian Idol mengucapkan terimakasih kepada kalian semua yang telah berpartisipasi dalam audisi Indonesian Idol. Bila saat ini belum lolos, masih banyak kesempatan di depan. Nomor peserta 1283 harap berdiri”, rentet Mbak itu. Aku pun berdiri.
Sambung Mbak itu, “Buat yang lain yang tidak disebutkan nomornya, maaf kalian belum bisa untuk melanjutkan ke tahap audisi berikutnya, terimakasih”.

“Apaaaaa??!! Benarkah ini?? Aku harap ini bukan mimpi!!”, batinku. Aku mendatangi Mbak yang membacakan pengumuman tadi, aku menyalaminya sambil menunduk-nunduk, cukup norak memang,hehehe. Tapi barangkali itulah ekspresi kegembiraanku saat itu. Mbak itu tersenyum sambil mengingatkanku untuk tidak overexcited, karena tahapan audisi masih panjang, masih perlu banyak perjuangan, tenaga dan air mata. Ya..aku harus terus berjuang. Tapi aku tak terlalu memikirkan babak-babak berikutnya. Yang ada dipikiranku saat itu hanya besok aku akan masuk tahapan Judging Room, yang artinya aku akan bernyanyi di hadapan 4 juri utama itu.. Indra Lesmana, Titi DJ, Meuthia Kasim dan Dimas Djayadiningrat. Sejuta rasa berkecamuk dalam jiwaku, senang, tegang, haru..semua bercampur menjadi satu. Tapi sudahlah, sudah sore menjelang malam, aku harus segera pulang. Aku lelah. Oh ya, aku harus segera memberitahu Sarah tentang hal ini. Senangnya..See you tomorrow Judges..

|..kau kan ada bersama kami disini..|

0 Comments:

Post a Comment