21 Oktober 2008

idol, the journey (part 5)

Malam itu perasaanku tak karuan rasanya. Aku hubungi Sarah tapi tak ada tanggapan. Akhirnya aku hubungi Evi, sahabatku, untuk berbagi rasa gembira yang bergejolak di jiwaku saat itu. Ingin rasanya aku berbagi cerita juga kepada orang tuaku. Tapi aku tertahan oleh nasehat mereka beberapa waktu yang lalu. Perkataan mereka masih terekam jelas dalam benakku,
“Sudah, kamu kerja saja yang betul, tidak usahlah kamu ikut-ikut audisi kayak gitu!!”.
Aku tahu kalau maksud mereka baik. Mereka sepertinya sudah bosan melihat perjuanganku yang selalu gagal dalam audisi-audisi sebelumnya. Paling bagus aku hanya masuk 50 Besar Bandung, selebihnya gagal dan gagal lagi. Mereka tahu kalau aku seringkali bertukar shift kerja dengan teman-teman kerjaku demi mengikuti audisi. Mereka takut kalau pekerjaanku terganggu dan berakibat penilaian yang buruk di mata rekan-rekan kerjaku. Kemungkinan terburuk bisa saja aku dipecat, namun audisi pun tak lolos. Betapa tragisnya nasibku kalau hal itu sampai terjadi ya,hehehe. Malam itu aku putuskan untuk menyimpan gejolak ini untukku sendiri, tak perlu orangtuaku tahu. Seandainya besok aku tak lolos di babak Judging Room, biarkan orangtuku beranggapan kalau aku memang tak pernah mengikuti audisi Indonesian Idol. Tapi kalau besok aku lolos, aku akan dengan sangat senang hati memberitahukan kabar gembira itu. Tapi sudahlah, aku tak berani berpikir lebih jauh. Aku mau beristirahat lebih cepat malam ini, biar besok kondisiku prima, menghadapi audisi penting yang amat kunanti.

Pagi yang cerah, sisa-sisa hujan kemarin menyisakan kesegaran di awal hari itu. Jam masih berkutat di pukul 8 pagi. “Masih banyak waktu.”,pikirku. Hari itu kebetulan aku mendapatkan jatah libur dari Rumah Sakit tempatku bekerja. Judging Room akan dimulai pukul 10 pagi, aku mendapat jadwal audisi jam 2 sore, namun aku diharuskan tiba di SABUGA jam 1 siang. Sambil menunggu waktu, aku mempersiapkan “perlengkapan perang”ku nanti,hehehe. Seperti biasa black postman bag berisi handuk kecil dan sabun muka (aku tak mau mukaku tampak berminyak di depan juri-juri nanti), dua buah roti dan sebotol teh kemasan yang aku beli dari supermarket. Untuk pakaian aku akan memakai jeans warna khaki, kemeja kotak-kotak lengan panjang yang ditumpuk dengan t-shirt putih bergambar pria kembar berkacamata, tidak lupa sepatu keds warna coklat muda yang akan menyempurnakan penampilanku di saat audisi nanti.

Sudah pukul 11.30, saatnya aku mandi dan bersiap-siap. Jam 12.30 nanti aku akan berangkat. Perjalanan ke SABUGA paling memakan waktu 30 menit dari rumahku, apalagi hari itu adalah hari Jumat, jalanan relatif lengang. Mandi, makan, akupun pergi. Tidak lupa pamit untuk “main ke rumah temen” kepada orangtuaku, karena mereka tahu kalau hari itu aku sedang libur. Siang itu sangat cerah, secerah hatiku yang amat bersemangat saat itu. Pukul 1 siang aku telah sampai di SABUGA. Aku langsung mendatangi meja registrasi yang telah dipenuhi antrean para peserta yang lolos hari-hari kemarin. Disana aku bertemu dengan beberapa temanku yang sudah “langganan” audisi sepertiku. Selagi mengantre tiba-tiba Atta, presenter Indonesian Idol, mendatangi kami. Oh my God, that fames Atta ada di hadapanku, dan aku cuma bisa terpaku tanda ketakpercayaanku akan apa yang aku lihat saat itu. Atta melihat keterpakuanku padanya dan dia tersenyum sambil berkata “Hi” padaku, akupun membalas sapaannya.Senangnya!!.

Rupanya audisi yang dijadwalkan dimulai pukul 10 pagi tadi belum dimulai juga karena alasan yang aku tidak tahu pasti. “Wah, peserta yang jadwal audisinya jam 10 pagi aja belum diaudisi, apalagi aku yang dijadwalkan audisi jam 2 sore?. Kayaknya aku bisa audisi malam hari nih!!”, pikirku. Tapi tak apalah, untungnya aku libur hari ini, tak ada yang aku kejar harus aku lakukan selain audisi ini. Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan peserta lain, aku baru tahu kalau dari sekitar 7000 peserta yang mengikuti audisi Indonesian Idol di Bandung, hanya 150 peserta saja yang berhasil lolos ke babak Judging Room ini. Wah, berarti aku hebat juga ya!! Hehehe,mulai sombong. 150 peserta itu juga dibagi menjadi 2 kelompok, 75 orang yang mengikuti Judging Room hari, 75 orang sisanya esok hari. Aku termasuk 5 peserta terakhir yang akan diaudisi hari itu. Waktu masih lama, aku habiskan waktu dengan bersenda gurau, bernyanyi, pipis berulang kali ke toilet,hehehe. Peserta lain juga banyak yang menunggu waktu audisi mereka dengan bernyanyi-nyanyi di holding room tempat kami menunggu giliran audisi. Wah..suara mereka bagus-bagus!! Dengar punya dengar, katanya ada yang Juara Bintang Radio&Televisi lah, Juara Festival ini lah, Festival itu lah, tak heran kalau mereka bisa sampai pada tahapan ini.

Jam 3 sore babak Judging Room pun dimulai. 5 peserta pertama dipanggil oleh panitia dengan menyebutkan nomor peserta mereka. Mereka mendapatkan applaus yang begitu meriah, karena dianggap peserta yang akan “memperawani” ruang “penyiksaan” itu,hehehe.

“Ayo, bersemangat!!”, kata seorang peserta yang sedang menunggu.

“Chaiyo!!”, timpal peserta yang lain.

Sementara yang lain entah bercanda atau memang percaya dirinya berlebihan berkata “Sampai jumpa di Jakarta ya!!”.

Hahaha, kalimat “Sampai Jumpa di Jakarta” adalah “kalimat sakti” yang paling ditunggu oleh setiap peserta yang lolos babak Judging Room ini, karena itu artinya mereka berhak masuk babak Eliminasi yang berisikan 100 besar peserta dengan suara dan performa yang teramat sangat prima. “Piuuhh!! It’s gonna be tough.”,pikirku saat itu.

Satu persatu peserta pun dipanggil dan masuk ke Judging Room. Dari panitia kami bisa tahu peserta nomor berapa saja yang berhasil atau gagal di babak Judging Room ini. Sudah hampir setengah peserta dipanggil ke dalam, namun baru sedikit sekali yang berhasil lolos ke babak berikutnya. Saat itu sudah pukul 5 sore, sudah sekitar 40 peserta yang diaudisi, namun baru 7 orang saja yang lolos. “Ya, Tuhan, apa yang terjadi di dalam sana?? Apa yang salah dengan suara-suara peserta yang telah diaudisi tadi?? Kurang bagus, kurang power, atau apa ??”, batinku penuh tanda tanya. Hal ini semakin meyakinkan aku kalau Indonesian Idol memang mencari penyanyi yang betul-betul berkualitas. Mungkin terdengar aneh, namun kegagalan peserta lain yang menurutku bersuara bagus dan seharusnya layak untuk lolos, malah membuatku tenang. Bukan tenang dalam arti aku sombong, namun aku menjadi tidak ada beban, nothing to lose. Aku pikir, pasti peserta yang lain juga sudah mengerahkan kemampuan terbaik yang mereka miliki, tapi barangkali saat ini belum rezeki mereka. Aku tak mau berpikir panjang untuk lolos ke babak berikutnya. Aku percaya Tuhan pasti akan melancarkan tiap langkahku bila Ia berkenan. Yang harus aku lakukan nanti adalah santai, “bersenang-senang”, dan bernyanyi total dengan segala kemampuan yang ada padaku. Sore itu Evi dan beberapa teman gerejaku datang ke SABUGA, mereka ingin menberikan aku semangat. Kehadiran mereka mau tak mau membuat tekadku semakin membara, ya..aku harus berjuang, aku harus memberikan yang terbaik.

Judging Room sempat terhenti karena Sholat Maghrib dan Isya. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam. Tinggal kelompokku, 5 orang terakhir yang akan memasuki Judging Room. Kami pun dibawa oleh seorang panitia dari holding room menuju ruang tunggu Judging Room. Urutannya adalah peserta laki-laki,kita sebut saja si A, kemudian Firman (sekarang menjadi vokalis The Fly), Aku, seorang peserta wanita,kita sebut saja si B, kemudian Queen (masuk babak Workshop Idol 2). Iseng-iseng aku bertanya pada salah satu panitia sudah berapa peserta yang lolos sampai saat itu, “8 orang”, katanya. Itu berarti dari 70 peserta yang sudah diaudisi hanya 8 orang saja yang lolos. Tapi aku sungguh tak peduli. Aku justru semakin terpacu untuk memberikan kemampuan bernyanyiku yang terbaik. Lolos atau tidak, aku sungguh tak lagi peduli. Biarkan Tuhan yang menentukan. Lagi pula bukankah aku sendiri yang bilang kalau bisa bertemu dengan 4 orang juri itu saja aku sudah senang dan bersyukur. Jadi apa lagi yang aku harapkan lebih? Dalam hitungan menit saja aku akan segera berhadapan dengan mereka. Beragam rasa bergejolak menjadi satu dalam diriku. Aku tak mau begini. Aku mengambil waktu untuk berdiam, aku tundukkan kepalaku dan aku berdoa mohon ketenangan kepada Tuhan. Aku katakan “Tuhan, ini adalah waktuMu. Biarlah Kau yang bernyanyi..aku mau belajar untuk tidak mengandalkan kekuatanku sendiri. Mari Kau yang sertai aku. Amin”. Legaaaaa..rasanya..

Si A pun masuk kedalam. Sayup-sayup suaranya terdengar ke luar, masih aku ingat, saat itu ia menyanyikan lagu berjudul “Mandy” yang pernah dipopulerkan oleh Westlife. Atta dan kameramen telah bersiap di depan pintu untuk menanyai si A tentang hasil audisinya barusan. Tak lama kemudian ia pun keluar dengan langkah gontai,

“Saya ga lolos. Mungkin belum saatnya.”, katanya dengan suara yang lemah.

“Tahun depan kalau ada kesempatan kamu harus coba lagi, semangat!!, timpal Atta menyemangati si A. Sedih juga rasanya melihat kejadian yang baru saja berlangsung di depan mataku itu.

Kemudian Firman masuk. Sebetulnya aku agak-agak kurang suka dengan gayanya Firman saat itu, body language-nya masuk kategori “ngehe”,hehehe, ditambah dengan kacamata hitamnya yang tak pernah lepas dari tadi siang. Suaranya sih bagus, sangat berkarakter, serak-serak basah seperti Rod Steward. Tapi ya sudahlah, aku tak mau pikiran ini menghancurkan konsentrasiku. Tak lama kemudian Firman keluar. Atta dan kameramen bersiap di depan pintu.

“LOLOS!!”, katanya setengah berteriak sambil menunjukkan Golden Ticket bertuliskan nomer persertanya, pertanda ia berhak maju ke babak berikutnya di Jakarta. Semua crew yang ada disitu pun bertepuk tangan. Tepuk tangan rupanya sangat jarang terjadi hari tu,hehehe. Kemudian Firman pun digiring oleh Atta untuk diwawancara di Video Booth. Dan sekarang..tiba giliranku.. Aku ambil nafas panjang dan mengeluarkannya. “In the name of Jesus..”, batinku..

“Selamat malam.”, aku langsung menyapa keempat juri itu. Aku ingin memberikan kesan santai dan ramah kepada mereka. Padahal jantungku dag dig dug tak karuan. Tak lupa seberkas senyum aku pasangkan diwajahku ini.

“Selamat malam, nomor 1283..nama kamu Ronald ya?”, Tanya Mbak Titi DJ.

Ya Tuhan, seorang Titi DJ bertanya padaku.hehehe..norak ya aku??

“Iya Mbak.”, jawabku. Berusaha terdengar tetap santai.

“Kamu mau bawain lagu apa?”, Tanya Mas Indra Lesmana.

Ya Tuhan, sekarang giliran seorang Indra Lesmana yang menanyaiku,hehehe,kembali norak.

“Saya akan bawain lagunya Babyface, Exhale.”,jawabku.

Exhale??”, Tanya Mbak Titi menyiratkan keraguan.

“Iya.”, sambungku. Aku mengerti keraguan Mbak Titi, lagu ini memang cukup sulit untuk dinyanyikan. Maka aku pun kembali bernyanyi..

Everyone falls, in love sometimes
Sometimes it's wrong, and sometimes it's right
For every win, someone must fail
But there comes a point when...
When we exhale, yeah yeah

Say, shoop, shoop, shoop...
All you gotta do is say shoop, shoop, shoop...
My Lord now, shoop, shoop...

Sometimes you laugh, sometimes you cry
Life never tells us, the whens and whys
When you've got friends, to wish you well
You'll find a point when, you will exhale

Yeah, yeah
Say, shoop, shoop, shoop..
Say shoobedoo...

Oh, hearts are often broken
When there are words unspoken
In your soul there's, answers to your prayers
If you're searching for, a place you know
A familiar face, somewhere to go
You should look inside your soul
And you're half way there…

“Udah .”, aku memecah keheningan.

“Oh,udah. Wow..sungguh suatu akrobatik tekhnik vocal!! Saya suka.”, rentet Mbak titi.

“Hah?? Bener nih yang aku baru saja dengar?? Titi DJ menyukai suaraku!!”, jeritku dalam hati.

Lalu giliran Mas Yovie Widianto, yang ternyata di Indonesian Idol 2 ini menggantikan posisi Dimas Djay sebagai juri, berkomentar..

“Secara vocal saya suka, suaranya memenuhi kriteria yang kita cari”, kata Mas Yovie.

“Waduh, udah 2 juri nih yang suka suaraku!!”, jeritku lagi dalam hati.

“Kalau menurut lo gimana Meuthia??”, Tanya Mas Indra pada Mbak Meuthia Kasim.

“Saya bingung kamu nyanyi apaan?? Kalo nyanyi jangan terlalu banyak dekorasi deh!!”, rentet Mbak Meuthia.

Juri yang lain dan para crew yang ada di ruangan itu tertawa mendengar komentar Mbak Meuthia Kasim. Dekorasi!! Maksudnya improvisasi. Padahal aku tak berimprovisasi sendiri, aku hanya menyanyikan melodi yang Babyface nyanyikan, memang penuh nada-nada yang naik turun, tinggi rendah dan “keriting” disana-sini,hehehe.

“Atau mungkin harus pake musik ya biar aku ngerti lagunya??, sambung Mbak Meuthia.

Tiba-tiba handphone Mas Yovie berbunyi. Sambil mengangkat handphonenya, Mas Yovie berkata, “Iya, kayaknya harus pake musik, buktinya handphone gw bunyi,hehehe.”

“Kalo gw sih suka, apalagi falsettonya bagus.”, kata Mas Indra.

“Yippiiieee..3 orang juri suka suaraku, berarti aku lolos dong??” teriakku dalam hati. Tapi aku tak berani menyimpulkan sendiri sebelum Mas Indra sebagai Ketua Dewan Juri mengatakan “kalimat sakti” itu secara langsung padaku.

“Iya, perpindahan antara suara asli ke falsettonya mulus banget!! Gaya berpakaian kamu juga unik”,sambung Mbak Titi.

Gaya pakaian??”, Agak keluar jalur nih Mbak Titi, pikirku, hehehe.

“Jadi gimana nih Thi??”, Tanya Mas Indra pada Mbak Meuthia.

“Suaranya sih OK, tapi gw kayak kurang ngeliat adanya factor X di dia!!”,jawab Mbak Meuthia.

“Waduh..sepertinya langkahku akan terjegal oleh komentar Mbak Meuthia nih.”, batinku.

Tapi kemudian Mbak Meuthia melanjutkan omongannya..

“Ya udah, gini aja, coba kamu yakinkan saya, kamu nyanyi lagu Indonesia yang slow, lurus-lurus aja nyanyinya, ga usah banyak dekorasi!!”, kembali diiringi senyuman juri yang lain.

Aku pun menyanyikan lagu Harvey Malaiholo..

Biarkanlah mereka yang takkan mengerti tentang cinta kita
Ku tak akan berhenti mencintai dirimu kasih agar kau mengerti

‘Tuk terakhir ku mohon engkau mengerti..

“OK deh!!”,Mbak Meuthia memecah kesunyian.

“Apa??”,kataku dalam hati seolah tak percaya kalau Mbak Meuthia yang terkenal dengan komentarnya yang “silet” itu akhirnya luluh juga dengan suaraku,hehehe.

Baiklah, ini saat yang aku nanti-nanti..Mas Indra bersiap akan mengatakan sesuatu..

“Ok Ronald, kita semua suka ama suara kamu.. Kamu lolos ke babak Eliminasi. Sampai jumpa di Jakarta!!”

“Saya lolos Mas, Mbak?”,tanyaku benar-benar tak percaya.

“Iya!!”, jawab Mas Indra Lesmana.

“Wah..terima kasih. Selamat malam semuanya!!”, aku menutup penjurianku malam itu dengan berusaha tetap bersikap ramah.

Ingin rasanya aku berteriak dan berlari meluapkan kegembiraanku. Namun sebelum keluar dari ruangan itu aku masih harus mengambil Golden Ticket yang masih ditulis oleh panitia yang bertugas. Setelah selesai, akupun memegang Golden Ticket itu, namun aku sembunyikan di punggungku. Aku berencana “membohongi” teman-teman gerejaku yang berada diluar bersama Atta dengan mengatakan kalau aku gagal. Aku pun memasang muka sedih,aku membuka pintu dan..

“Horeeee…Ronald selamat ya!!, teman-temanku dan para crew bertepuk tangan menyambut keberhasilanku.

“Lho kok kalian tahu sih? Gw kan tadinya mau bohongin kalian!!”, sambungku.

“Yee, kita kan udah tau dari Atta, ada crew di dalem yang ngasih tau!!”, lanjut mereka.

“Hehehe, selamat ya Ronald. Gimana sekarang perasaannya?”, rentet Atta diiringi kameramen yang merekam wawancara kami. Aku pun dibawa ke Video Booth untuk diwawancara sebentar. Setelah itu aku diantar oleh seorang panitia ke lantai atas untuk melakukan registrasi ulang dan briefing tentang segala sesuatu hal untuk kepentingan babak eliminasi di Jakarta bulan depan. Teman-temanku menungguku di bawah. Masih dengan perasaan senang yang begitu luar biasa, aku melangkahkan kakiku ke lantai atas. Disana aku bertemu dengan Firman, rasa gembiraku yang begitu luar biasa, menghapuskan rasa “kurang nyaman”ku terhadap Firman. Kami pun berkenalan dan mengobrol. Ternyata dia orangnya ramah. Orang batak juga, aku Silitonga, dia Siagian, secara marga kami ternyata besaudara dekat. Kost Firman juga ternyata tak begitu jauh dari rumahku. Dunia begitu sempit ya,hehehe. Kami disuruh menunggu sebentar oleh panitia yang bertugas membriefing, siapa tahu ada peserta lain yang lolos juga, biar briefingnya sekalian. 10 menit kemudian muncul Queen, seorang gadis berkulit putih dengan suara beraliran Country. Berarti hanya 11 orang yang lolos audisi hari ini. Piuuhhh!! Kami pun berkenalan. Senyum menghiasi wajah kami ketika kami dibrief oleh seorang panitia. 5 menit briefing pun selesai. Kami bertukar nomor handphone dan berpamitan untuk pulang. Seakan tak percaya dengan apa yang baru saja aku alami. Aku datangi teman-temanku yang menungguku dengan setia di bawah. Dengan sukacita, kamipun pulang bersama. Hujan yang mengiringi kepulangan kami malam itu tak kami hiraukan. Derasnya hujan terlalu kecil dibandingkan rasa senangku yang begitu besar saat itu. Terima kasih teman-teman,saatnya kita pulang.

Kamipun berpisah, pulang ke rumah kami masing-masing. Aku tak sabar ingin segera tiba di rumah dan memberitahukan kabar gembira ini pada orang tuaku.

“Pak sopir cepetan dong..ngetem mulu dari tadi!!"

|..hanya bahagia..|

7 Comments:

  1. Anonim said...
    saya merinding bacanya :p
    nice writing :)
    Anonim said...
    HEY! saya baru nyadar ini Ronald yang Indonesian Idol 2 ya! WAW!

    WAW!
    WAW!
    Menurut saya Indonesian Idol 2 adalah yang terbaik. Ada 4 orang yang saya sukai : Hary, Wisnu, Monita dan Ronald!
    Pacar saya juga suka banget sama Ronald.
    WAW!
    ronaldsilitonga said...
    Waduh, aku masuk jajaran terbaik dong,hihihi,sombongnya kambuh!! Merinding kenapa nih mas Pras??
    Anonim said...
    merinding baca tulisan kamu yang deskriptif banget menggambarkan situasi dan ketegangannya...
    ehm...keren juga ya orang yang bisa nyanyi bagus ternyata juga bisa nulis bagus :)
    Anonim said...
    wadow ... pak sopirnya kasihan deh ... ngetem mulu, jadi disalahin :D
    ronaldsilitonga said...
    waduh jadi semangat buat nulis terus nih, idol journeynya masih panjang teman2,hehehe. keep on reading yak..
    Anonim said...
    Iya...bagus banget pemaparan ceritanya!palagi untuk seorang penyanyi (bukan penulis)...ga kalah loh ama penulis2 terkenal lainnya...gw aja sampe hanyut dlm ketegangan cerita...ciyeee.....
    Dan juga setuju banget,emank II2 paling yahud dhe!gw seneng Judika,Monita & Ronald (juga dhe)...!Hahahaha....^^

Post a Comment